Konsep Teologis keselamatan dalam
Perjanjian Lama
I.
PENDAHULUAN
Salah
satu konsep utama yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain adalah
konsep yang dimilikinya tentang “keselamatan.” Konsep teologi ini menjadi salah
satu keunikan kekristenan. Kekristenan mengajarkan bahwa keselematan hanya ada
dalam dan melalui Kristus. Dengan kata lain, tidak ada keselamatan diluar
Kristus. Kristus adalah Tuhan, yang menjadi manusia untuk menebus orang-orang
yang semenjak dari semula telah dipilih-Nya sebelum dunia dijadikan.
Konsep
ini, seringkali menimbulkan satu pertanyaan dalam Kekristenan sendiri yaitu
tentang Keselamatan dalam Perjanjian Lama. Yesus belum lahir sebagai manusia
dalam Perjanjian Lama, jika demikian bagaimana dengan keselamatan bagi
orang-orang dalam masa sebelum kedatangan Kristus atau masa Perjanjian Lama?
Pertanyaan ini pulalah yang seringkali dibuat menjadi alasan untuk membela
orang-orang yang mati sebelum mendengarkan Injil. Dengan alasan bahwa hal itu
bukanlah suatu hal yang adil, jika seseorang harus masuk neraka karena “belum”
mendengarkan Injil.
Pertanyaan
ini menjadi sulit jika seseorang memiliki pemahaman Alkitab yang salah, yang melihat
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menjadi dua bagian yang terpisah. Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru adalah “satu” yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Memahami
teologi Kekristenan harus dilihat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
secara menyeluruh. Perjanjian Baru adalah kegenapan dari Perjanjian Lama. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa keselamatanpun harus dilihat sebagai satu
kesatuan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Baru diberikan
bukanlah sebagai akibat dari kegagalan Allah untuk menyelamatkan manusia dalam
Perjanjian Lama. Keselamatan “hanya” dalam Kristus itulah inti pengajaran
Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.
II.
KESELAMATAN
DALAM PERJANJIAN LAMA
II.1. Akibat
Kejatuhan Manusia kedalam dosa; memahami latar belakang pentingya keselamatan
sebagai karya mutlak Allah.
Akibat
kejatuhan manusia kedalam dosa, mengakibatkan kerusakan yang begitu tragis.
Manusia yang semulanya diciptakan serupa dan segambar dengan Allah telah rusak
secara “total,” demikianlah Calvin menjelaskan kondisi manusia sejak kejatuhan
kedalam dosa. Persekutuan dengan Tuhan yang dinikmati Adam dan Hawa ditaman Eden, terputus akibat dosa
yang dilakukannya, bahkan bukan hanya itu, manusia mengalami kematian secara
spiritual yang ada akhirnya akan membawa pada “penghukuman kekal” Allah. Dosa
memasuki dan mempengaruhi setiap dimensi kehidupan manusia, spiritual,
intelektual, fisik dan social.[1]
Semenjak
keterpisahan hubungan atau relasi antara Tuhan dengan manusia, manusia bukannya
mencari Allah, melainkan segala keinginannya sekarang seutuhnya dikendalikan oleh
iblis yang menjadi tuan atas dirinya. Atas kehendak, kemauan dan tujuannya. Manusia
menjadi penentang-penentang Allah dengan segala tindakan kejahatannya. Hal ini
mematahkan segala prinsip duniawi, yang memegang kepercayaan bahwa manusia pada
akhirnya akan semakin baik, yang akan menjadikan dunia juga semakin baik. Pada akhirnya akan nyata bahwa Alkitab benar,
dengan menyatakan bahwa manusia dalam dosa akan semakin jahat bukan semakin
baik.
Dengan
nature manusia yang telah jatuh kedalam dosa, maka manusia juga tidak memiliki
kehendak dan keinginan untuk mencari Tuhan. Allah sendirilah yang berinisiatif
mencari manusia dan menyelamatkan manusia. Keselamatan seutuhnya adalah karya
Allah. Manusia tidak memiliki peran apapun dalam karya keselamatan Tuhan,
bahkan kemampuan yang ia milikipun hanyalah karena anugerah Tuhan saja. Agama-agama
lain hanya mencoba menawarkan keselamatan dengan mengandalkan kekuatan dan
usaha untuk melakukan kebaikan setinggi mungkin, yang akhirnya hanya akan
berakhir pada kesia-siaan belaka.
II.2. Makna
Keselamatan dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, Alkitab secara radikal dan
komprehensif menunjukkan betapa
celakanya manusia.[2] Betapa
besarnya dan dalamnya manusia telah jatuh kedalam dosa. Maka jawaban Allah bagi
penyelamatan manusia dari keadaan kejatuhan manusia, paling sedikit bobotnya harus
sama besarnya bahkan melebihi besarnya dosa tersebut. Perjanjian Lama dengan
kejujuran dan realismenya menunjukkan akan hakikat dosa dan penyelamatan yang
dibutuhkan dan bahwa hanya Allah yang dapat dan mampu menyediakannya.
Kalau kita meneliti dalam Perjanjian Lama, konsep
keselamatan memiliki makna yang sangat luas dan dalam-cukup untuk menanggulangi
semua akibat dosa dalam alam semesta ciptaan. Penyelamatan itu bersifat:[3]
a.
Pribadi dan social
b.
Rohani dan jasmani
c.
Politis dan ekonomis
d.
Manusiawi dan ekologis
e.
Lokal dan Kosmik
f.
Sekarang dan Esok.
Allah
sebagai Juruselamat memenuhi setiap dimensi kehidupan manusia. Keselamatan
dalam Perjanjian Lama, mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia
maupun yang tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya, musibah fisik, penganiayaan oleh lawan dan kematian.[4] Keselamatan
bukan hanya semata mengenai kehidupan kekal setelah kematian melainkan juga
keselamatan secara fisik. Intinya dalam Perjanjian Lama-secara keseluruhan
menunjukkan akan betapa dalam dan besarnya kebutuhan dan dosa manusia.
Dalam
Perjanjian Lama, Allah menggambarkan rencana-Nya dan tindakan-Nya bagi
penyelamatan manusia melalui dan dalam umat-Nya Israel. Semuanya dimulai dengan
pemanggilan Allah atas Abraham. Perjanjian Allah dengan Abraham dengan jelas
menggambarkan rencana Allah bagi Keselamatan manusia. Allah memilih secara
khusus bangsa Israel
untuk menyatakan berkat keselamatan bagi semua bangsa.[5]
Sejarah
Keselematan berkembang dalam sepanjang sejarah iman dalam Perjanjian Lama
sampai akhirnya mereka berfokus pada tujuan akhir, yaitu pengharapan
eskatologikal, Allah penyelamat, sekalipun mereka masih tetap tinggal di bumi
dan dihubungkan dengan situasi sesungguhnya yang akan membawa kepada akhir
final bersama dengan Raja Penyelamat.[6]
Sungguh mengagumkan menyadari bahwa banyak teks dalam perjanjian Lama
menubuatkan nubuatan mesianik.
II.2. Unsur-unsur penebusan dan keselamatan dalam
Perjanjian Lama
Yang memiliki arti mengangkat sesuatu atau
seseorang keluar dari kepemilikan seseorang untuk menjadi miliknya, dengan
memberikan sesuatu yang sepadan (Kel. 13:13; Ayub 6:22-dst). Untuk menebus maka
sama maksudnya dengan sistim yang dipegang pada saat itu, yaitu dengan
memberikan ganti yang setara. Dalam 33 Kitab Perjanjian Lama, dinyatakan bahwa
Allahlah satu-satunya yang pantas atau layak untuk menebus, tetapi kata ini
tidak ditemukan dalam Amos, Hosea, Yesaya, Mika dan Yehezkiel-tidak ada kata
yang setara dengan itu disebutkan.
Semenjak Allah memilih bangsa Israel, sebagai umat pilihannya
maka Allah menebusnya. Alasan Allah untuk menebus adalah untuk menunjukkan
kasih saying-Nya (Maz. 44:26; 2 Sam. 7:23; 1 Taw. 17:21), dikatakan bahwa Tuhan
Israel
adalah satu-satunya Tuhan yang menebus umat kepunyaan-Nya. Allah menebus
umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Tuhan selalu menebus orang-orang kudus-Nya: David
dilepaskan dari segala kemalangan (2 Sam. 4:9); melepaskan Yeremia dari tangan
orang-orang yang berniat jahat padanya (Yer. 15:21), Ayub dari kelaparan (Ayub
5:20). Dan pada akhirnya akan ada
penebusan pada hari keselamatan. Pada hari itu Tuhan akan menebus
umatnya dari segala kejahatannya (Maz. 130:8).
Ada tiga tahap penyelamatan Allah melalui penebusan.
Pertama, pada waktu keluarnya bangsa Israel dari dari perbudakan Mesir, yang
kedua secara terus-menerus dalam kehidupan orang-orang kudus-Nya, dan yang
ketiga akan dinyatakan ketika hari keselamatan tiba.
Kata ini digunakan sebanyak 40 kali oleh Tuhan,
namun tidak terdapat dalam Amos, Yesaya, Mikha dan Yehezkiel. Muncul satu kali
dalam Hosea, namun hanya dalam bentuk pertanyaan retorikal. Konsep penebusan
pertama sekali muncul dalam peristiwa Keluaran, dalam Mazmur peristiwa ini
menjadi suatu peristiwa yang selalu diingat. Ketika Allah menebus, Ia menebus
karena kasih dan rasa kasihan (Yes 63:9).
Pengertian sebenarnya dari kata la;G", adalah melakukan suatu tugas sebagai penebus, dimana darah telah
dicurahkan, dalam pengertian Allah telah menebus orang tersebut dari kekuasaan
atau kekuatan orang lain. Namun dalam peristiwa Keluaran (Kel. 6:6), Allah
tidak menebus bangsa Israel
dengan apapun, karena Dia adalah Allah. Allah juga dikenal sebagai pembebas,
yang membebaskan bangsa Israel
dari tangan bangsa-bangsa asing. Bangsa Israel
menyadari akan hal ini bahwa pembebas mereka adalah Allah yang Kudus, Allah Israel.
3.
Janji akan penebusan
pertama sekali dipenuhi dalam peristiwa Keluaran [9]
Pembuangan dan penyebaran bangsa Israel
keseluruh dunia yang akan diiukuti kemudian oleh hari penyelamatan. Akan ada
beberapa tahap sebelum hari kedatangan-Nya tiba.
Hanya sisa-sisa Israel yang
akan ditebus. Sisa-sisa ini disebukan oleh Amos, dan juga mendapat penambahan
penting dalam kitab Yesaya.
4.
Dalam sisa-sisa ini, akan muncul tunas baru dari pohon
tua yang sudah jatuh, suatu tunas yang kudus (Yesaya 6:13).[10]
Tuhan akan kembali memulihkan Israel,
Amos 9:14: “Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel.” Kata
ini juga data berarti memulihkan kembali nasib merek, keberuntungan dan
kekayaan mereka, kembali kepada kebaikan, untuk kesembuhan dam kembali ketanah
asalnya.
5.
Setelah masa
kesukaran dan penyebaran (1 Raj. 14:15; Yeh. 5:10; Maz. 44:12), akan tiba
waktunya masa pengumpulan.[11] Dia,
Tuhan yang menyebarkan bangsa Israel
akan mengumpulkan mereka kembali (Yer. 31:10). TUHAN akan mengumpulkan
sisa-sisa Israel,
menjadi suatu kumpulan besar manusia, Ia sendiri akan menjari raja yang
berjalan didepan mereka dan akan menjadi pemimpin mereka.
6.
Setelah masa
pengumpulam bangsa Israel
akan mengalami pembaharuan secara spiritual. Tuhan akan mengembalikan hati yang
takut akan Tuhan dalam hati mereka, sehingga mereka tidak akan lagi berpaling
darinya (Yer. 32:37-40). Ia akan memberikan mereka hati yang lembut, bukan hati
yang keras seperti batu; memberi mereka roh yang baru, Roh Allah akan ada
bersama mereka, Tuhan akan menghapus semua keberdosaan mereka (Yer32:29)
7.
Pembaharuan akan segera diikuti oleh kesatuan yang
sempurna. Kesatuan secara politik juga mendapat pengaruh dalam keselamatan
Tuhan. Orang-orang yang telah ditebus oleh Allah akan menjadi satu, satu umat
(Yeh. 37:15-22)
8.
Maka setelah itu akan tiba masa Perjanjian akan
keselamatan. Ini akan menjadi Perjanjian yang baru (Yer. 31:31). Janji yang
berbeda dengan janji yang telah Allah berikan sebelumnya kepada bangsa Israel ketika
mereka keluar dari Mesir dan yang telah mereka gagalkan. Janji ini akan
mengkarakterisasikan kenyataan bahwa mereka telah memiliki hati yang baru dan
Tuhan telah memberi mereka hati yang takut akan Tuhan. Mereka tidak akan
meminta diajari oleh orang lain tentang Tuhan; karena setiap mereka memiliki
pengetahuan tentang Tuhan, dari yang kecil sampai yang besar. Allah akan
mengampuni akan segala keberdosaan mereka dan tidak akan mengingatnya lagi.
TUHAN akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya (Yer.
31:31-34). Ini akan menjadi Perjanjian keselamatan, perjanjian kekal (Yeh.
37:26).[12]
9.
Pengharapan Mesianik[13]
Nubuatan
dalam masa nabi-nabi, menunjukkan bahwa dalam sejarah Israel tidak
ada masa dimana tidak ada nubuatan keselamatan di dengungkan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa nubuatan itu disesuaikan dengan situasi yang mereka alami.[14] Dalam Perjanjian Lama, para nabi Israel tiada henti-hentinya menubuatkan akan
penyataan Allah kepada manusia melalui bangsa Israel
tentang kedatangan Mesias dalam berbagai bentuk seperti: asal-usul, nama,
peristiwa, lambang-lambang atau istilah-istilah yang disesuaikan dengan konteks
kesejarahan Israel.
Tujuannya adalah untuk mengingatkan bangsa Israel, bahwa Allah tidak pernah
lalai dalam menepati janji-Nya dalam melepaskan umat-Nya dari perbudakan dosa.
Beberapa pernyataan dan tanda-tanda dan nubuat dalam Perjanjian Lama, tentang
kedatangan Mesias yang sangat dinanti-nantikan oleh bangsa Israel antara
lain:
a. Keturunan Perempuan
Sejak
kejatuhan Adam dan Hawa kedalam dosa, Allah merencanakan penebusan dunia
melalui “keturunan perempuan”, yang akan mengalahkan keturunan ular (Kej.3:15).
Ini adalah pernyataan pertama Allah yang mengindikasikan akan datangnya seorang
melalui keturunan perempuan yang akan membebaskan umat manusia dari dosa.
b. Anak Daud
Tokoh
Daud selalu dikaitkan dengan datangnya Mesias. Allah selalu mengingatkan umat Israel akan datangnya seorang “Raja” melalui
keturunan Daud yang akan membebaskan Israel dari ketertindasan. Raja itu
akan memerintah umat Israel
yang setia, juga semua bangsa di dunia ini. Ia akan menyelamatkan manusia dari
dosa (Za. 13:1)
c. Immanuel
Nubuatan
tentang Immanuel disampaikan dalam nubuatan Nabi Yesaya kepada Ahas, raja
Yehuda, yang sedang ketakutan “gemetar seperti pohon-pohon hutan yang bergoyang
ditiup angin” (Yes 7:2), pada saat menghadapi raja Aram
dan Raja Israel.
Yesaya memberi tanda: “bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel (Yes.
7:14). Namun tentunya bagi mereka yang hidup pada saat itu tidaklah mudah untuk
memahami akan nubuatan Yesaya tersebut sebagai penggenapan akan Mesias, yang
akan mengalami penggenapannya dalam Kristus, beberapa ratus tahun kemudia.
d. Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa
yang Kekal, Raja Damai
Dalam
Yesaya 9:6, Nabi Yesaya menubuatkan akan kelahiran Mesias, seorang yang
mempunyai Hikmah Adikodrati, yang akan menyingkapkan rencana keselamatan umat
manusia secara sempurna. Sebagai Raja Damai, Ia akan datang membawa damai ke
seluruh dunia, Ia berlaku sebagai Bapa yang mengasihi, memelihara, melindungi,
serta menyediakan kebutuhan anak-anak-Nya.
e. Anak manusia
Istilah
“Anak Manusia” diutarakan dalam penglihatan Daniel dalam mimpi, ketika seorang
anak manusia datang dengan awan-awan dari langit, kepada “yang lanjut Usianya.”
Selanjutnya kepadanya diberikan kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja universal
yang akan memerintah segala bangsa. Kekuasaannya adalah kekal , tidak akan lenyap,
demikian pula kerajaannya tidak akan musnah sampai selama-lamanya (Dan.
7:13-14)
f.
Raja Mesias
Tujuh
Ratus tahun sebelum kedatangan-Nya dalam rupa manusia, Nabi Mikha bernubuat
bahwa Mesias akan lahir di Betlehem Efrata. Ia akan memerintah Israel
dengan damai di atas takhta Daud. Seorang pemimpin Israel yang asal usulnya “sudah
sejak purbakala” (Mi. 5:1). Nabi Mikha juga menubuatkan bahwa Mesias akan lahir
dari seorang perempuan (Mi. 5:2). Dia akan menggembalakan umat-Nya yang
tercerai berai dan kelaparan dengan benar. Kekuasaan-Nya tidak terbatas hanya
pada umat Israel
saja, melainkan juga keseluruh bumi (Mi. 5:3). Kerajaan-Nya adalah kerajaan
damai (Mi. 5:4).
g. Raja yang adil dan Jaya
Nabi
Zakaria menubuatkan, bahwa Mesias yang akan datang tersebut adalah raja yang
adil dan jaya serta lemah lembut. Ia akan memberitakan damai kepada
bangsa-bangsa sampai ke ujung bumi. Wilayah kekuasaan-Nya akan terbentang dari
Laut dan dari sungai Efrat sampai keujung-ujung bumi (Za. 9:9-10).
h. Penyaliban
Jauh
sebelum Yesus disalibkan di Golgota, peritiwanya sudah dinubuatkan oleh para
pemazmur: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku” (Mzm 22:2).
“Mereka membagi-bagi pakaianku diantara mereka dan membuang undi atas jubahku”
(Mzm. 22:19). Penderitaan Yesus bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan
menurut maksud dan rencana Allah, supaya seluruh kaum Israel tahu dengan pasti bahwa
Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan dan Kristus.
i.
Penyataan
melalui symbol-simbol
Perjanjian
Lama juga mencatat penyataan akan kedatangan Mesias melalui simbol-simbol, yang
menggambarkan keberadaan-Nya, misalnya:
1.Merah Kirmizi
Merah
Kirmizi merupakan lambing penderitaan dan pengorbanan. Menunjukkan akan penderitaan
Kristus karena manusia. Kitab suci mengatakan dalam Yesaya 53:5, bahwa Dia
tertikam oleh karena pemberontakan manusia, diremukkan oleh karena kejahatan
manusia; ganjaran yang mendatangkan keselamatan ditimpakan kepada-Nya dan oleh
bilur-bilurnya kita sembuh.
2.Ungu
Ungu
melambangkan kebesaran seorang raja (Hak 8:26). Ketika Daniel mempunyai
kedudukan sebagai orang ketiga yang berkuasa di Kerajaan Babel, kepadanya dipakaikan pakaian dari kain
ungu (Dan. 5:29). Sewaktu Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang banyak untuk
disesah, para prajurit Romawi memakaikan Jubah ungu kepada-Nya. Sekalipun dalam
penggenapannya dalam Perjanjian Lama adalah sebagai penghinaan dan pelecehan,
secara tidak sadar itu menunjukkan akan kebesaran dan kedudukan Kristus.
Dengan
demikian kita dapat melihat bahwa sesungguhnya Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, tertuju kepada satu gagasan yaitu kedatangan “seorang” yang akan
merupakan jawaban penebusan manusia dari keberdosaan. Konsep Keselamatan dalam
Perjanjian Lama, tetap mengacu kepada pengharapan akan kedatangan dan penebusan
Kristus.
Konsep
tentang ketaatan kepada hukum memegang peranan penting peranan penting dalam
Perjanjian Lama sebagai antithesis antara dua jalan keselamatan, yaitu
keselamatan yang dicapai melalui ketaatan kepada hukum dan keselamatan memalui
pemberian Kristus, dalam tulisan Paulus dan Yohanes. Dalam Perjanjian Lama
sendiri ketaatan kepada hukum tidak pernah dimengerti atau dipahami sebagai
jalan keselamatan. Ketaatan terhadap hukum taurat dan perintah Allah lebih
ditujukan sebagai sumber berkat Allah, secara khusus dalam kitab Ulangan,
tetapi tidak pernah sebagai landasan bagi penyelamatan Allah.[15]
10. Tipolgy tentang Kristus dalam Perjanjian Lama
Dalam
Perjanjian Lama, bila kita mengamati dengan teliti, maka banyak sekali
peristiwa, lembaga atau upacara yang melambangkan akan tipology Kristus antara
lain:[16]
1.
Korban-Korban
Dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam
Imamat, secara panjang lebar diceritakan tentang korban-korban. Korban
karena dosa, korban karena salah, korban makanan, korban pendamaian, dan korban
bakaran. Semua korban itu menunjuk kepada pribadi dan pekerjaan Kristus
sebagaimana diterangkan dalam Perjanjian Baru. Korban-korban itu menjadikan
tuntutan utama tentang penumpahan darah dipenuhi di dalam rencana ilahi bagi
keselamatan orang-orang yang terhilang dan bagi orang-orang kudus yang jatuh ke
dalam dosa.
2.
Keimaman dalam Perjanjian Lama
Baik
keimaman Harun maupun Melkisedek merupakan gambaran dari keimaman Kristus.
Macam keimaman yang mula-mula dalam Perjanjian Lama mengikuti pola patriarch
(kepala keluarga). Dalam sistem ini ayah atau kepala keluarga juga memegang
peranan sebagai imam. Secara umum bahwa keimaman macam ini juga menunjuk kepada
Kristus, tetapi dalam Harun dan Melkisedek ada diberikan pernyataan yang
lengkap dan terperinci.
a.
Keimaman Melkisedek menunjukkan akan keunggulan Kristus
sebagai imam dibandingkan dengan imam-imam manapun. Keunggulan Kristus dapat
dilihat sebagai berikut: kekal, tak punya pengganti, tak punya permulaan dan
akhir, serta tidak dapat dipindahkan kepada orang lain (Ibrani 7:24)
b.
Keimaman Kristus dan keimaman Harun, memiliki kesamaan
dan perbedaan. Dalam seluk beluknya keimaman Harun memberikan terang ke atas
pekerjaan dari Kristus sebagai Imam dan kwalifikasi rohani yang dimiliki
Kristus bagi jabatan itu. Perbedaannya antara lain:
- Harun melayani di bumi, Kristus di sorga (Ibrani 8:1-5).
- Kristus melayani yang sebenarnya, bukan hanya bayangan (Ibrani 8: 5).
- Kristus melayani suatu perjanjian yang baru, bukan perjanjian Musa (Ibrani 8:6).
- Kristus dalam mempersembahkan diriNya sebagai korban merupakan korban terakhir bagi dosa yang sekali untuk selama-lamanya, dan tidak perlu mempersembahkan korban setiap hari
3.
Hari-Hari Besar TUHAN
Paskah
merupakan yang pertama dan dalam banyak hal adalah pesta yang paling penting.
Paskah ini dirayakan di bulan pertama dan menunjukkan kelepasan dari hukuman di
Mesir. Domba yang dikorbankan jelas menggambarkan Kristus.
Pesta
kedua, hari raya Roti Tak Beragi, yang dirayakan segera sesudah Paskah.
Perayaan ini menggambarkan Kristus sebagai Roti Hidup, berjalan dalam kesucian
bagi orang percaya sesudah ditebus, dan persekutuan dengan Kristus. Tidak
memakai ragi itu menggambarkan Kristus yang tak berdosa dan persekutuan
orang-orang percaya dalam kesucianNya.
Hari
Raya Pendamaian, ini menggambarkan secara luas pekerjaan Kristus di kayu salib.
Tentu saja korban bagi imam besar dan segala persiapannya tidak perlu bagi
Kristus, tetapi korban dan upacara bagi segenap umat itu membayangkan pekerjaan
Kristus. Hari raya Pendamaian ini berpusat pada pekerjaan imam besar, sama
seperti pekerjaan keselamatan berpusat pada Kristus.
Imam
besar yang dipersiapkan dan diberi pakaian menurut aturan tertentu mengerjakan
upacara-upacara yang diperlukan bagi kepentingan umat Israel dan segenap rakyat itu. Seluruh
upacara kurban ini menggambarkan akan Kristus, yang mati menjadi kurban, untuk
menebus umat-Nya.
4.
Kota-Kota Perlindungan
Dalam
hukum Musa dibuat suatu perlindungan bagi mereka yang tidak bersalah telah
mengambil nyawa orang lain. Enam kota
perlindungan dibangun, tiga di sebelah sisi sungai Yordan dan tiga di sisi
lainnya, dan keenam kota
itu ditempatkan cli bawah pengawasan orang-orang Lewi (Bilangan 35; Ulangan
19:1-13; Yosua 20). Apabila diputuskan tidak bersalah dalam sesuatu pembunuhan,
pihak yang tidak bersalah itu dapat menyelamatkan diri dari pembalasan darah
selama ia tinggal di kota
perlindungan itu. Bila imam besar meninggal dunia, ia dapat pulang dengan aman
ke rumahnya, tetapi tidak sebelumnya.
Kota-kota
perlindungan tersebut jelas merupakan gambaran perlindungan di dalam Kristus di
mana orang berdosa mendapatkan perlindungan dari hukuman dosa dan dibebaskan
oleh kematian Imam Besar yaitu Kristus. Allah sering disebut sebagai tempat
perlindungan di dalam Perjanjian Lama (Mazmur 46:2; 142:6; Yesaya 4:6) dan juga
di dalam Perjanjian Baru (Roma 8:33 -34; Ibrani 6:18~19). Walaupun Allah
senantiasa tempat perlindungan bagi orang-orang kudusNya, tetapi hanyalah oleh
kematian Imam Besar, yang digenapkan di dalam Kristus, maka kelepasan sempurna
itu diberikan
II.
3. Pengertian Bangsa Israel tentang
Hukum
Pertanyaan
yang seringkali ditanyakan mengenai keselamatan dalam Perjanjian Lama adalah
mengenai ,”apakah bangsa Israel
mengalami atau mendapatkan keselamatan dengan cara melakukan ketaatan atau
kepatuhan kepada hukum?” Pertanyaan ini menjadi satu pertanyaan penting, karena
bila jawabannya ketaatan pada hukum dapat menyelamatkan maka akan ada dua jalan
keselamatan dalam Perjanjian Lama, yaitu melalui ketaatan melakukan hukum
(Perjanjian Lama) dan melalui Kristus (Perjanjian Baru).
Ternyata
pemberian hukum tidak memberikan tidak memberikan atau mengakibatkan suatu
perubahan yang fundamental, tetapi hanya sekedar memulai perubahan dalam bentuk
eksternal saja. Hukum tidak menggantikan janji dan iman, juga tidak digantikan
oleh pekerjaan. Sesungguhnya banyak diantara kaum Israel yang gagal melihat tujuan
pemberian hukum itu. Mereka seringkali memiliki konsep yang salah dengan
melihat hukum sebagai cara legalistic dan berusaha mendasarkan klaim mereka
akan keselamatan pada pemenuhan cara hidup yang tidak mau melakukan kekeliruan
terhadap hukum itu sebagai suatu badan peraturan eksternal.[17]
Bahkan
pada zaman hukum ini, iman jelas bersifat soteorologis dan mereka mencari
keselamatan dalam Mesias. Iman berupa kepercayaan kepada Tuhan yang memberikan
keselamatan dan suatu kepercayaan yang bersandar teguh pada janji-janji-Nya
untuk masa yang akan datang.[18]
II.4.
Tujuan pekerjaan penyelamatan Allah
Allah
menyatakan dirinya, dalam Alkitab merupakan suatu cara Allah menyatakan
kebenaran tentang diri-Nya. Ia mengungkapkan diri-Nya dalam Alkitab bukanlah
sebagai cara Allah untuk menjawab rasa penasaran atau keingintahuan manusia
akan diri-Nya, melainkan sebagai cara untuk menggenapkan rencana-Nya yang
paling utama yaitu keselamatan. Allah bermaksud memulihkan manusia yang telah
jatuh ke dalam dosa kepada hakikatnya yang semula pada saat diciptakan.[19]
Dan selanjutnya Ia akan memimpin mereka kepada pemahaman yang sempurna mengenai
diri-Nya dan persekutuan yang sempurna yang merupakan titik puncak keselamatan.
Penyataan
Firman Tuhan menuntut kepercayaan dan ketaatan terhadap apa yang dinyatakan
oleh Tuhan. Penyataan Allah kepada Abraham akan mencapai tujuannya,
pertama-tama yang Tuhan tuntut darinya adalah ketaatan kepada Firman Allah yang
dinyatakan kepadanya. Demikianlah tuntutan Allah kepada umat-Nya sepanjang
sejarah Alkitab, yaitu ketaatan kepada Firman-Nya. Namun pada kenyataan-Nya
umat pilihan Allah-pun gagal dalam mentaati perintah-Nya seutuhnya. Maka
satu-satunya jalan adalah dengan menyatakan keselamatan dalam diri Mesias,
Juruselamat yang sudah dijanjikan semenjak lama.
Karya
Keselamatan Allah melalui perantaraan “hamba-Nya,” akan merealisasikan penyelamatan umat
perjanjian-Nya. Dimana umat-Nya akan diam dengan aman di negeri yang akan diberikan-Nya
dan dimana Tuhan akan memperlihatkan keadilan-Nya. Semuanya ini
berulang-ulangkali diserukan dalam kalimat,”Aku akan menjadi Allah mereka dam
mereka akan menjadi umat-Ku.” Seruan ini terdapat beberapa kali dalam kitab
Yeremia, Yehezkiel dan Zakaria. Menurut Yeremia hal ini berarti bahwa semua
orang akan mengenal Tuhan dari yang kecil sampai yang besar (Yeremia 31:31-34).
Hosea berkata-kata tentang umat Allah sebagai istri Tuhan dalam keadilan dan kebenaran
(Hos. 2:18). Hal ini merupakan suatu perubahan yang sangat radikal sehingga
hanya dapat digambarkan sebagai kebangkitan tulang-tulang kering (Yeh.
37:4-10), pemberian hati yang baru (Yeh. 36:26), yang berarti penempatan Roh
Allah sendiri di dalam diri umat-Nya. [20]
III. KESIMPULAN
Maka
dengan uraian diatas, kita dapat menemukan bahwa sesungguhnya inti pengajaran
dari Perjanjian Lama, juga adalah menyangkut akan karya keselamatan Allah, yang
dalam puncaknya akan digenapi dalam diri Kristus. Perjanjian Lama, tidak sedang
mengajarkan bahwa ada keselamatan diluar Kristus. Perjanjian Lama mengajarkan
keselamatan sebagai suatu kepercayaan atau iman akan “Penggenapan Janji Allah”
dalam diri Mesias. Konsep tentang keselamatan dalam Perjanjian Lama, tidak
selalu menyangkut pada kehidupan setelah kematian, tetapi memiliki cakupan yang
cukup luas, termasuk didalamnya kesembuhan dari penyakit, kelepasan dari tangan
musuh, keselamatan bangsa dari serangan atau jajahan bangsa lain dan lain
sebagainya.
Kurban
adalah sebagai tipologi tentang Kristus, sehingga bangsa Israel dapat terus mengingat dan
menantikan akan sang Mesias. Kurban tidak memberikan suatu penebusan yang
sempurna, hanya dalam Kristuslah kesempurnaan penebusan dinyatakan oleh Allah,
sekali untuk selama-lamanya. Oleh karena itulah penebusan Kristus menjadi
satu-satunya pengharapan yang sempurna bagin keselamatan.
Perjanjian
Barupun sering menyatakan bahwa kedatangan Kristus adalah sebagai penggenapan
dari Perjanjian Lama. Penulis Surat Ibrani mengemukakan bahwa Yesus adalah
pewaris dari semua yang telah dikatakan Allah melalui para nabi (Ibrani 1:1-2).
Yesus sendiri menandaskan bahwa Ia datang untuk menggenapi Taurat dan kitab
nabi-nabi (Matius 5:17). Setelah kebangkitan-Nya yang penuh kemuliaan, Ia
menunjukkan kepada para pengikut-Nya dari Taurat Musa, kitab nabi-nabi, dan
kitab Mazmur (yaitu, ketiga bagian utama Perjanjian Lama Ibrani) bahwa Allah
sudah sejak lama menubuatkan segala sesuatu yang terjadi pada diri-Nya (Lukas
24:25-27, 44-46). Perjanjian Lama "adalah penuntun bagi orang-orang yang
percaya pada Tuhan sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena
iman" (Galatia
3:24).
DAFTAR PUSTAKA
Berkof, Louis, Teologi Sistematika:
Doktrin Keselamatan, Yudha Thianto, Surabaya:
Momentum, 2006.
Dyrness, William, Tema-tema dalam
Teology Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 1990.
Foaster, W. dkk, “Keselamatan”
dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, J. D Douglas, penyunting, Jakarta: Yayasan Bina
Kasih OMF, 2007
Kohler, Ludwig, Old Testament
Theology, Philadelphia: The Westminster Press, 1957.
Lasor, W. S., Pengantar Perjanjian
Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006.
Preuss, Horst Dietrich, Old
Testament Theology, Volume II, Kentucky, Westminster John Knox
Press, 1992.
Surbakti, Elisa B., Benarkah YESUS
Juruselamat Universal, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006.
Walvoord, John F, Yesus Kristus Tuhan Kita, Jakarta: Yakin, 1969.
Westerman, Claus, Elements Of Old
Testament Theology, Atlanta:
John Knox Press, 1978.
Westerman, Clauss, Prophetic
Oracles of salvation in The Old Testament, Kentucky: John Knox Press, 1991.
Wright, Christ, Tuhan Yesus memang
khas dan unik, Jakarta:
Yayasan Bina Kasih OMF, 2003.
[1]
Christ Wright, Tuhan Yesus memang khas
dan unik (Jakarta:
Yayasan Bina Kasih OMF, 2003), hl. 51.
[2]
Ibid, hl. 52.
[3]
Ibid, hl. 52.
[4] W.
Foaster dkk, “Keselamatan” dalam
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, J. D Douglas, penyunting (Jakarta: Yayasan Bina Kasih OMF, 2007).
[5]
Wright, Tuhan, hl. 56-66.
[6]
Horst Dietrich Preuss, Ol Testament
Theology, Volume II (Kentucky, Westminster John Knox Press, 1992), hl.
35-36.
[7]
Ludwig Kohler, Old Testament Theology
(Philadelphia: The Westminster Press, 1957), hl. 233
[8]
Ibid, hl 234
[9]
Ibid, 235
[10]
Ibid.
[11]
Ibid.
[12]
Ibid, 236.
[13]
Elisa B. Surbakti, Benarkah YESUS
Juruselamat Universal? (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), hl.15-22.
[14]
Clauss Westerman, Prophetic Oracles of
salvation in The Old Testament (Kentucky: John Knox Press, 1991), hl. 34.
[15]
Claus Westerman, Elements Of Old
Testament Theology (Atlanta: John Knox Press, 1978), hl. 179.
[16] John
F Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita (Jakarta: Yakin, 1969), hl. 54-69
[17]
Louis Berkof, Teologi Sistematika:
Doktrin Keselamatan, Yudha Thianto, Penerjemah (Surabaya: Momentum, 2006), hl. 191-192.
[18]
Berkof, Teologi, hl. 192
[19] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hl.
38.
[20]
William Dyrness, Tema-tema dalam Teology
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1990), hl. 214.
Bagus
BalasHapus